Sabtu, 18 Januari 2014

Geografi Regional Sumatera Utara

                            

NAMA     :   FITRI ARIYANTI
NIM         :   1201045224
KELAS    :   3 N PGSD

                  

BENTUK GEOGAFI REGIONAL SUMATERA UTARA 

 


Pulau Sumatera memanjang dari barat laut ke Tenggara sepanjang 1.650 km, dari Ule Lhee sampai Tanjung Cina. Lebar pulau ini tidak sama, di Utara kira-kira 100 sampai 200 km, sedangkan di Selatan sampai 350 km. pantainya tidak banyak berteluk. Bagian timur merupakan dataran rendah yang sangat luas. Daerah ini banyak tertutup hutan rawa yang pada zaman dahulu menjadi rintangan bagi manusia. Karena itu bagian timur Sumatera agak jarang penduduknya. Sumatera Utara seperti DIA juga dilintasi oleh DKAT sebagai unsure iklim pembawa hujan ke suatu daerah pada bulan-bulan Oktober-Nopember dan april. Di Sumatera Utara pn curah hujan di pantai Barat jauh lebih tinggi daripada di bagian lain dan propinsi, di balik Timur Bukit Barisan tempat-tempat seperti Siporok, Doloksanggul, Ambarita, Pangururan, Penyabung semua mendapat hujan jauh lebih sedikit dari misalnya Sobolga yang terletak di pantai Barat dan menghadapi angin Barat. Kelima tempat tersebut memperoleh hujan sedikit, karena letaknya di balik barisan pegunungan. Lebih jauh kea rah Timur jumlah hujan bertambah lagi, untuk selanjutnya menurun lagi mendekati pantai Timur di sekitar Labuhanruku Tanjungbalai. Curah hujan rata-rata di pantai Barat adalah lebih dari 4.000 mm setahun, sedangkan jumlah rata-rata terkecil terdapat di Panyabungan karena terletak di bayangan hujan, dan Labuhanruku karena letaknya di tepi pantai yang datar. Curah hujan rata-rata tahunan tempat-tempat ini adalah 1.750 mm. Pola umum resim curah hujan di Sumatera Utara, singkatnya adalah disebelah Barat Danau Toba maksimum hujan jatuh pada bulan Oktober, sedangkan pada bulan April-Mei di seluruh propinsi jatuh hujan cukup banyak, sehingga bulan-bulan itu merupakan bulan hujan maksimum sekunder, bulan paling kering adalah Juli. Bulan-bulan April, Oktober, dan Nopember adalah bulan-bulan di mana udara tidak stabil di Sumatera Utara. Angin terjun pada musim Barat terdapat di sepanjang sisi Timur dan juga pada lereng Barat dari Bahorok sampai Panyabungan. Angin terjun ini suhunya lebih tinggi dari udara sekitarnya. Karena itulah angin itu sering mendatangkan kerusakan pada tanaman.
Daerah Sumatera Utara dapat digolomgkan ke dalam tiga wilayah fisiologi utama yaitu, Wilayah dataran rendah, Wilayah lipatan dan Wilayah pegunungan. Wilayah dataran rendah dapat digolongkan ke dalam : Wilayah rawa Timur, Wilayah rawa Barat di sepanjang pantai Barat, dan Wilayah dataran rendah Timur. Wilayah lipatan terdapat pada dua jalur yaitu : Wilayah lipatan Timur yang sedikit lebih landai kalau dibandingkan sengan wilayah lipatan Barat, Wilayah lipatan Barat dengan lereng-lereng yang cukup terjal. Sedangkan Wilayah pegunungan terdapat di jalur tengan propinsi yang meliputi : Patahan Toba di sekitar Danau Toba adalah sebuah Plateau dengan slenk Danau Toba yang mempunyai kedalaman sampai 500 m lebih dekat Hutagaol, Slenk Batang Gadis – Batang Angkola, dan Pegunungan Tengah Sumatera Utara yang volkanis, dengan Sibayak, Sinabung sebagai puncak-puncak gunung api yang masih bekerja.
Wilayah berlereng terjal di sebelah menyebelah patahan Batang Gadia – Batang Angkola dan di sekitar Danau Toba tidak banyak yang bisa dimanfaatkan untuk usaha pertanian yang baik. Juga tidak banyak yang dapat diusahakan sebagai tanah pertanian adalah wilayah lipatan Barat. Karena itulah pada saat ini sebagian terbesar daripada wilayah lipatan Barat, pegunungan dan wilayah Barat tetap sebagai hutan, lading pindah atau pertanian tanah kering lain. Ketinggian dan lereng menjadi penghambat dari pemanfaatan di sekitar 2.300.000 ha tanah di Sumatera Utara. Selanjutnya di wilayah Dataran Rendah Timur adalah wilayah yang terbaik untuk usaha pertanian. Tetapi sebagian terbesar luasan tanah itu dimanfaatkan untuk pekebuna besar, dengan tanaman tahunan seperti karet dan sawit. Sebagian lain yaitu wilayah antara Sungai Ular dan Sungai Wampu merupakan tanah terbaik untuk tembakau. Tetapi, karena penanaman tembakau itu dilakukan di atas tanah secara bergilir, sering bagian-bagian tanah yang sedang tidak ditanami tembakau dipergunakan untuk pertanian tanah kering dengan tanaman palawija atau ada juga yang disawahkan. Kebiasaan inilah yang sering menimbulkan sengketa tanah yang tidak berkesudahan di Sumatera Utara. Persawahan yang terletak di wilayah Rawa Timur adalah persawahan yang dibuka sesudah perang dunia II, oleh penduduk petani yang turun dari daerah pegunungan. Tetapi karena letaknya yang terlalu dekat dengan pantai, dan sebagai akibat pula dari pengeringan rawa, nampaknya sevara berangsur-angsur persawahan ini ada yang menjadi asin tanahnya. Pola penggunaan tanah Sumatera Utara, sebagai pencerminan tingkat kehidupan masyarakat, serta arah usahanya. Di Sumatera Utara terdapat usaha tani dari tingkat yang paling sederhana sampai kepada tingkat yang paling tinggi di dalam penggunaan modal dan teknologi. Dari arah usaha tani yang banyak mampu mengisi kebutuhan rumah tangga petani, sampai kepada pertanian komersial untuk memenuhi permintaan per dunia. Persawahan irigasi terbanyak didapat di Deli Serdang, Simalungun dan Tapanuli Selatan, sedangkan usaha perkebunan terbesar terpusat di Kabupaten-Kabupaten Asahan, Seli Serdang, Labuhan Batu, Langkat, Simalungun dan Tapanuli Selatan. Hutan yang masih baik terdapat di Dairi, Labuhan Batu, Langkat, Nias, Tapanuli Selatan dan Tapanuli Utara. Kalau seluruh hutan dijumlah,baik yg lebat,belukar maupun hutan sejenis,luas hutan di Sumatra utara menjadi 57 % dari seluruh wilayah propinsi.lebih dari 75 % dari luas hutan lebat dan sejenis yang ada sekarang, nampaknya sudah terdapat di bagian-bagian propinsi yg memang patut di hutankan,seperti tapanuli utara. Dairi karo, bagian atas dari simalunguh,bagian atas dari Tapanuli tengah, sedangkan sisanya terdapat di dataran rendah atau di pantai. Sangat penting di bidang pertanian adalah kedudukan daripada perkebunan baik perkebunan besar yang terdiri dari perusahaan Negara ataupun perkebunan pihak swasta, maupun perkebunan rakyat, luas perkebunan karet seluruhnya di Sumatra utara tahun 1979 adalah 479.000 ha, dengan perincian : Perkebunan rakyat : 257.500 ha. Perkebunan besar swasta : 131.500 ha. Perkebunan besar Negara : 90.000 ha. Hasil dari ketiga jenis perkebunan itu pada tahun 1979, yaitu : Perkebunan rakyat : 102.400 ton. Perkebunan besar swasta : 83.350 ton. Perkebunan besar Negara : 102.100 ton. Pada tahun 1982 luas perkebunan karet bertambah kira-kira 20.000 – 24.000 ha. Tanaman perkebunan rakyat yang juga penting di Sumatera Utara adalah kopi, terutama di Dairi. Seluruh tanaman kopi adalah kopi perkebunan rakyat dengan luas 33.300 ha, pada tahun 1980, dengan hasilnya sebesar 23.000 ton (1980). Pada tahun 1982 luas kopi naik menjadi 38.000 ha, tetapi hasil turun menjadi 13.300 ton.
Perkebunan kelapa adalah juga usaha rakyat, dengan luas seluruhnya pada tahun 1980 sebesar 119.000 ha, dengan hasil pada tahun itu juga sebesar 91.000 ton. Tetapi tahun 1982 luas dan hasil kelapa menurun menjadi 111.500 ha dan 67.000 ton. Sematera Utara adalah propinsi penghasil kelapa kedua di Sumatera setelah Riau. Makin penting kedudukannya untuk waktu-waktu mendatang adalah kelapa sawit. Seluruh perkebunan sawit saat ini adalah usaha perkebunan Negara. Luas perkebunan sawit masih sedang bertambah. Tetapi pada tahun 1982, di Sumatera Utara saja terdapat 297.666 ha. Perkebunan di Sumatera Utara dibagi menjadi dua jenis perkebunan 1870 – 1980 dan perkebunan sesudah 1980, atau sisa perkebunan Kolonial, dan PIR.
Penggunaan tanah di Sumatera Utara tidak memperlihatkan pola yang teratur. Tidak ada Nampak adanya titik awal yang jelas, yang merupakan titik permulaan dari pada usaha pemanfaatan tanah, yang berkembang menjadi penggunaan tanah yang intensif, yang selanjutnya menuju ke tingkat penggunaan tanah yang paling tidak intensif. Memang ada nampak, bahwa hutan yang cukup luas terdapat di daerah perbatasan antar propinsi. Tetapi pesawahan terdapat di mana-mana. Maksudnya dipantai maupun di pegunungan tinggi dengan segala pembatasan fisiknya. Timbullah pertanyaan “kenapa pemanfatan tanah di Sumatera Utara tidak berawal dari tanah yang landai dan subur? kenapa perkebunan besar sempat datang lebih dahulu di tanah-tanah yang baik itu? kenapa di Sumatera Utara pemanfaatan tanah tidak dimulai di wilayah-wilayah fisiografi yang secara fisik paling mudah diusahakan?".
Pertanyaan-pertanyaan itu yang berawal di ilmu geografi, akan membawa peneliti yang ingin mencari jawaban pertanyaan-pertanyaan itu menyusup jauh ke dalam lingkungan ilmu sejarah, ilmu antropologi, budaya dan lainnya.
Pesawahan yang terletak di pesisir umumnya terletak di daerah yang hujannya kurang. Oleh karena itu pesawahan perlu pengairan. Untuk mengairi sawah-sawah itu, perlu saluran irigasi dan dibangun melalui tanah-tanah perkebunan. Perkebunan yang dilalui saluran pengairan akan merasa keberatan, karena pengusaha tahu bahwa pengairan itu akan meninggikan permukaan air tanah. Bagi perkebunan dengan tanaman karet dan sawit yang merupakan tanaman tanah kering, air tanah yang tinggi bisa merusak tanaman perkebunan itu. Di sinilah  perlu adanya pertimbangan-pertimbangan dan kesediaan sikap menerima dan memberi dari semua pihak, demi kelangsungan seluruh usaha. 


                                        keindahan danau toba di Sumatera Utara








Sumber : Sandi. I Made. Republik Indonesia Geografi Indonesia. 1996. Jakarta: Jurusan Geografi-FMIPA-UI.
S. Djojo. Drs. Geografi Regional Indonesia. 1986. Jakarta: Karunika Jakarta UT.

2 komentar: