Nama : Gita Pertiwi
Kelas : 3N PGSD
Permasalahan dan
konflik sosial :
Konflik Ambon
Awal Penyebab konflik Ambon
Menurut
kapolri, kericuhan di picu oleh ulah preman kota Ambon dari desa batumerah
bawah mencoba memeras seorang sopir angkutan kota, yopie saiya (30 ), warga
batumerah atas. Karna yopie tidak memberi uang yang diminta para pemuda, preman
itu menodongkan pisau. Yopie pun lari ke
kampungnya, lalu dengan membawa parang, ia bersama kawannya masuk kedesa
batumerah bawah untuk mencari pemerasnya. Melihat kedangan Yopie bersama teman
– temannya, para preman itu berteriak sehingga mengundang perhatian warga batumerah
bawah yang mayoritas kristen. Karna tidak berhasil menemukan yopie dan kawan –
kawan,masa batumerah bawah ini akhirnya merusak dan membakar beberpaa rumah
penduduk di batumerah atas.
Selanjutnya
berkembang desas – desus bahwa telah terjandi pembakan mesjid – mesjid,
sehingga isu bentrokan beralih ke isu suku, agama, ras, dan antargolongan (
SARA ). Karna itulah, bentrokan antar warga dua desa itu meledak menjadi
kerusuhan yang meluas di seluruh kota.
Tak Ada Tradisi
Sementara
itu, ketua umum DPP GAMKI ( Gerakan Anggota Muda Kristen Indonesia ) Dicky
Mailoa, yang juga tokoh masyarakat Ambon di Jakarta mengatakan, sesungguhnya di
Ambon tidak ada tradisi pertentangan suku maupun agama. Sebab, masing – masing
sudah terbiasa hidup rukun dan saling menghormati, meskipun ada upaya intensif
dari kaum provokator yang berupaya memicu pertentangan di antara penduduk.
Salah satu alternatif pemecahan, menurut Mailoa, adalah semua tokoh gereja
supaya bergabung bersama tokoh – tokoh muslim membentuk tim untuk mengklarifikasi
isu SARA selain itu, tim bergabung di tingkat masyarakat pun harus secara
sungguh – sungguh menginformasikan bahwa di Ambon tidak ada pertentangan agama.
Menurut
gubernur, persoalan yang timbul di Ambon saat ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan,
karna orang Maluku terkenal dengan tradisi Pela Gandong. “ ada kelompok –
kelompok tertentu yang di duga ikut memicu suasana, sehingga hubungan toleransi
antarumat beragama di daerah ini ternodai oleh oknum – oknum tersebut “ Kata
Gubernur
Kerusuhan
yang meluas hingga keseluruh penjuru kota Ambon dan telah mengarah ke SARA itu,
diakibatkan oleh kesalapahaman antara seorang warga batumerah dan seorang sopir
angkot jurusan batumerah, selasa (19/1) sekita pukul 16.00 WIT. Lalu muncul isi
adanya gereja yang dibakar massa. Ketua
Badan Pekerja Harian ( BPH ) Sinode Geraja Prostesan Maluku ( GPM ) Pendeta
Sammy Titaley sth, menegaskan tidak ada satu pun Gereja di Koda Ambon dan
sekitarnya yang terbakar akibat kerusuhan . “ itu hanya isi menyesatkan guna
memancing emosi agar kerusuhan lebih parah dan kondisi Kamtibmas terganggu,
termasuk silahturahmi Hari Raya Idul Fitri 1419 H . jadi sekali lagi tidak ada
gereja yang dibakar , “ katanya saat menentramkan umat Kristiani di desa
Mardika, selasa malam. Penegasaan ketua
Sinode GPM ini guna menanggapi, isi bahwa gereja sinar kasih dipermukiman
silale, kodya ambon, dibakar sehingga memicu emosi, sekaligus memperluas lokasi
kerusuhan yang menyebar pada sejumlah kelurahan.
Kapolri
juga menegaskan tidak ada kaitannya antara kerusuhan di Ambon dengan kerusuhan
Ketapang akhir November lalu. Ia juga membantah kabar burung tentang adanya
pengiriman sejumlah pemuda dari Jakarta ke Ambon sebelum kerusuhan. Kapolri
juga menyatakan tidak ada pihak ketiga yang berda dibelakng kerusuhan tersebut.
Tetapi tidak menolak kemungkinan adanya provokator yang menggerakan massa.
Kapolri juga membantah aparat keamanan terlambat dalam menangani berbagai
kerusuhan massa yang sekarang mulai mengarah ke pulau – pulau terpencil. Ia mengakui
jumlah personel di tingkat polsek sangat terbatas, sedang gerakan massa umumnya
sangat cepat.
Seruan Damai
Informasi
yang dihimpun Antara di Ambon, sabtu, menyebutkan, selebaran tersebut memuat
empat seruan damai ditandatanganni ketua BPH Sinode Gereja Prostestan Maluku
(GPM), Pendeta Sammy Titalley, sth, Uskup Diosis Amboina, uskup P.c. Mandangi,
MSc, Ketua Majelis Ulama ( MUI ) Wilayah Maluku, R. R. Hasanussy, ketua yayasan
Masjid Raya Al – Fatah Ambon, Abdullah Soulisa, serta Gubernur Maluku, Dr. Saleh
Latuconsina.
Bunyi
seruan tersebut, menghimbau umat islam dan kristen agar tetap konsisten menjaga
kesatuan dan pesatuan umat beragama tanpa ikut terpengaruh oleh isu – isu
negatif maupun provokasi dari pihak manapun yang mengarah kepada perpecahan tradisi
Pela Gandong yang bisa berakibat
disintegrasi bangsa. Masyarakat diminta tetap mempertahankan kerukunan hidup
antar umat beragama serta menjunjung tinggi hak azasi manusia dan tidak saling
menyerang, mengganggu, merusak, membakar sarana kehidupan umat beragama, serta
rumah – rumah penduduk, toko maupun pasar, sehingga tercipta suasana yang aman,
damai, dan tentram, demi keutuhan bangsa dan negara.
Seruan
ini juga berisi harapan kepada aparat keamanan untuk bertindak tegas sesuai
ketentuan hukum yang berlaku, adil, dan jujur, tanpa berpihak kepada pihak
manapun juga. Kapolda Maluku, Brigjen Pol Drs. Karyono S, ketika di konfirmasi
menyangkut jumlah korban belum bersedia memberikan penjelasan.
Akibat
saling bantai pada sabtu pagi, situasi kota yang mulai tampak tenang menjadi
mencekam kembali baik dari polisi, brimob, brigade, infantri kostrad dari
makassar, batalyon 731 dan 732, melepaskan tembakan peringatan ke udara
berulang kali.
Korban Dalam Konflik di Ambon
Tewas :
26 orang
Luka berat :
102 orang
Luka ringan :
35 orang
Rumah dibakar :
10 buah
Masjid dibakar :
3 buah
Gereja dibakar :
3 buah
Toko dibakar :
12 buah
Pasar dibakar :
2 buah
Motor dibakar :
24 buah
Mobil dibakar :
23 buuah
Becak dibakar :
216 buah
Daftar Pustaka
Yusuf Yusnar , 2004, Prasangka Ber – Agama :
Implikaksi Konflik Sosial di Ambon Atas Relasi Keberagaman di Indonesia,
Jakarta : PENAMADANI
oke, terimakasih.
BalasHapus