Dipika Nur Akmar
3.N PGSD
INTERAKSI
SOSIAL
Interaksi
sosial adalah hubungan-hubungan sosial dinamis yang menyangkut hubungan
antar-perseorangann, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok
lainnya. Interaksi sosial merupakan kunci dalam sendi-sendi kehidupan sosial
karena tanpa berlangsungnya proses interaksi tidak mungkin terjadi aktivitas
dalam kehidupan sosial. Secara sederhana interaksi sosial dapat terjadi apabila
dua orang saling bertemu, saling menegur, saling berkenalan dan memengaruhi.
Pada saat itulah interaksi sosial terjadi.
Misalkan,
ketika di sebuah tempat yang ramai tiba-tiba pundak anda ditepuk dari belakang
oleh seseorang, secara otomatis anda membalikkan badan dan mendorong orang
tersebut? Atau anda menepuk kembali pundak orang itu? Atau malah anda
membalikkan badan dan tersenyum terhadap orang itu? Tentunya respon anda
berbeda-beda dalam menghadapi situasi seperti ini. Sebagai manusia, orang
memiliki karakteristik yang berbeda dalam melakukan interaksi. Menurut Harbert Blumer
sebagaimana dikutip Richard T. Schaefer, dalam interaksi sosial manusia
menginterpretasikan atau mendefinisikan tindakan orang lain daripada bereaksi
saja terhadap tindakan orang lain. Artinya , manusia tidak serta merta merespon
dengan bereaksi tanpa sebuah interpretasi dan definisi pada tindakan orang lain
terhadap dirinya. Interpretasi dan definisi itu berhubungan erat dengan arti
(meaning) yang kita pegang sehingga
kemudian kita dapat merespon tindakan orang lain berdasarkan arti
tersebut.
Dunia
menggambarkan sebuah norma-norma dan nilai budaya dominan dan pengalaman
sosialisasi yang diperoleh dalam sebuah budaya masyarakat. Norma dan nilai yang
tertanam selama pengalaman sosialisasi menjadi pertimbangan dan standar untuk
merespon sebuah tindakan. Penanaman norma dan nilai dibentuk selama interaksi
sosial berlangsung dengan orang lain dan masyarakat yang lebih luas. Melalui
interaksilah segala nilai dan norma masyarakat ditransmisikan, ditanamkan dan
diterap secara mendalam. Interaksi terlihat dinamis dalam proses sosialisasi.
Interaksi
sosial sehari-hari membentuk sebuah realitas sosial individu dan masyarakat.
Konstruksi sosial mengenai realitas ditanamkan oleh masyarakat. Realitas sosial
muncul berdasarkan persepsi, pertimbangan, evaluasi dan defisi yang dibuat oleh
kelompok tertentu. Kelompok tersebut memiliki pengaruh yang kuat dalam
“mendefinisikan” realitas sosial terhadap kelompok yang lain. Hubungan antara
kelompok dominan dan kelompok subordinat dalam masyarakat memperlihatkan adanya
pengaruh besar dari kelompok dominan atau mayoritas untuk menentukan nilai yang
dianut masyarakat. Bagi kelompok subordinat sulit untuk menghindar atau menolak
definisi nilai yang ditentukan oleh kelompok dominan atau mayoritas. Untuk itu
tindakan atau perilaku dalam interaksi sosial berkaitan erat dengan konstruksi
arti dan definisi situasi kelompok mayoritas tertentu.
Bagi
kelompok-kelompok tertentu tak terelakkan untuk melakukan definisi ulang
terhadap realitas sosial. Kelompok yang dianggap subordinat berusaha
merekonstruksi kembali terhadap realitas yang awalnya didominasi oleh kelompok
mayoritas. Umpamanya, gerakan perempuan menuntut kesetaraan hak dalam realitas
budaya patriarkhi, aksi protes terhadap larangan jilbab oleh kelompok domonan
dan gerakan lainnya. Gerakan atau aksi protes ini menunjukkan proses sosial
untuk mengubah definisi atau mendefinisikan ulang realitas sosial yang
mendominasi.
Intensitas
interaksi sosial berjalan terus menerus dalam masyarakat. Interaksi sosial
dapat terjadi interaksi personal sosial, yaitu interaksi dengan orang dalam
situasi sosial, misalnya hubungan bayi dengan ibunya sewaktu menyusui,dibuai
dan seterusnya. Ada juga interaksi kultural yaitu hubungan seseorang dengan
kebudayaan kelompoknya, artinya berhubungan dengan orang lain sambil
mempelajari kebudayaan kelompok orang-orang itu. Interaksi personal sosial dan
kultural sangat erat hubungannya dengan proses pembelajaran semasa bayi seperti
jadwal menyusui, kemudian diselingi bubur, nasi tim, buah-buahan, sampai
saatnya tidak menyusui lagi dan seterusnya. Hal ini berarti anak belajar dari
norma kekeluargaannya, lingkungannya, norma masyarakat/sosial, nasional sampai
internasional.
Menurut Talcott Parsons, tindakan dan
interaksi sosial dipengaruhi oleh dua macam orientasi sebagai berikut:
·
Orienrasi motivasional yaitu orientasi
yang bersifat pribadi menunjuk pada keinginan individu yang bertindak untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
·
Orientasi nilai-nilai yang bersifat
sosial yaitu orientasi yang menunjuk pada standar-standar normative, seperti
wujud agama dan tradisi setempat.
Interaksi
sosial dapat terjadi apabila memenuhi dua syarat yaitu:
·
Adanya kontak sosial
·
Adanya komunikasi
Interaksi
sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
·
Interaksi sosial baru bisa berlangsung
apabila dilakukan minimal dua orang atau lebih.
·
Adanya interaksi dari pihak lain atas
komunikasi dan kontak sosial.
·
Adanya hubungan timbal balik yang saling
memengaruhi antara stu dengan yang lainnya.
·
Interaksi cenderung bersifat positif,
dinamis, dan berkesinambungan.
·
Interaksi juga cenderung menghasilkan
penyesuaian diri bagi subjek-subjek yang menjalin interaksi.
·
Berpedoman pada norma-norma atau kaidah
sebagai acuan dalam interaksi.
Dilihat
dari sudut subyeknya, ada tiga macam interaksi sosial yaitu:
·
Interaksi antar orang perorangan.
·
Interaksi antar orang dengan kelompoknya
dan sebaliknya.
·
Interaksi antar kelompok.
Dilihat
dari segi caranya, ada dua macam interaksi sosial yaitu:
·
Interaksi langsung yaitu interaksi fisik
seperti berkelahi, hubungan seks dan sebagainya.
·
Interaksi simbolik yaitu interaksi
dengan menggunakan bahasa (tulis/lisan) dan symbol-simbol lainnya (isyarat) dan
sebagainya.
Menurut bentuknya, Selo Soemardjan
membagi interaksi menjadi empat yaitu kerjasama, persaingan, pertikaian, dan
akomodasi yaitu bentuk penyelesaian dari pertikaian. Masyarakat Indonesia
termasuk tipe masyarakat kooperatif dengan cirinya yang khas yaitu gotong
royong.
ini mana sumbernya???????
BalasHapus