POLA
PEMUKIMAN dan KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT PESISIR DUSUN MUNCAR (JAWA TIMUR)
Oleh: Fadhilah Irmawati Rahayu (1201045194)
Indonesia merupakan negara kepulauan yang
terdiri atas 13.000-an pulau, memiliki garis pantai sepanjang 80.000km.
Lingkungan perairan merupakan pentas dominan di Indonesia, bukan saja karena
bentuknya, tetapi juga karena termasuk daerah iklim hujan tropis. Luas wilayah
Indonesia yang 5,2 juta km2 itu terdiri atas 62% perairan dan 38%
daratan. Wilayah perairan itu sendiri terdiri atas laut, selat, teluk, danau,
sungai, rawa, dan waduk. Umumnya curah hujan rata – rata tahunan di Indonesia
cukup tinggi, yang merupakan sumber utama perairan darat.
Didaerah propinsi Jawa Timur, pentas
lingkungan perairan juga tampak menonjol. Luas wilayah daratan propinsi Jawa
Timur termasuk pulau kecil disekelilingnya adalah 4.792.201.72 ha. Sedangkan,
luas wilayah perairan lautnya hampir tiga kali lipat, yaitu 11.000.000 ha.
Dalam pada itu sebagian wilayah daratannya berwujud perairandarat, khususnya
tambak telah mencapai luas 94.677 ha, belum termasuk perairan darat yang
berwujud sungai, waduk, dan rawa.
Lingkungan perairan di Indonesia dapat
dikatagorikan atas perairan laut yang dikenal dengan nama Laut Nusantara dan
perairan daratan. Karena itu tidak mengherankan apabila disekitar pantai muncul
pemukiman – pemukiman penduduk. Sesuai dengan lokasi kondisi fiiknya, pemukiman
penduduk disekitar pantai itu disebut desa pantai. Umumnya penduduk desa pantai
memanfaatkan perairan laut sebagai sumber penghidupan nelayan. Pemukiman yang
masyarakatnya dominan sebagai nelayan juga disebut masyarakat nelayan.
Kenyataan sekarang, menunjukkan wilayah
perairan nusantara yang luas ini belum dimanfaatkan secara efektif sebagai
ruang kehidupan. Sebagian besar nelayan masih menggunakan teknologi tradisional
yang sarana transportasinya mengandalkan mesin tempel serta pengetahuan
astronomi dan meteorologi tradisional. Para nelayan mampu mengetahua musim ikan
dan lain sebagainya. Salah satu dari sekian banyak kelompok nelayan yang cukup
berhasil adalah masyarakat nelayan du Muncar, Propinsi Jawa Timur.
A. Lokasi dan Keadaan Alam Dusun Muncar (
Jawa Timur)
1.
Lokasi
Dusun muncar merupakan bagian dari wilayah
Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur.
Kecamatan Muncar memiliki sebanyak 20 dusun. Tepatnya adalah 3 dusun di Desa
Tembokrejo, 3 dusun di Desa Kedungrejo, 5 dusun di Desa Sumberberas, 3 dusun di
Desa Sumbersewu, 4 dusun di Desa Tapanrejo, dan 2 dusun di Desa Blambangan.
Diantara dusun – dusun itu ada pula yang menggunakan nama “Muncar”, yaitu Dusun
Muncar Kalimoro di Desa Tembokrejo dan Dusun Muncar Sampangan di Desa
Kedungrejo.
Dari Kota Banyuwangi yang menjadi ibu kota
kabupaten, Dusun Muncar berada sekitar 37 km ke arah selatan. Kota ini terletak pada paling ujung timur dan berbatasan
langsung dengan Selat Bali di sebelah timur, dengan Kota Srono-Cluring di
sebelah barat, lalu sebelah utaranya Kota RogoJampi-pusat Banyuwangi, dan
wilayah batas selatan merupakan Taman Nasional Alas Purwo. Jika kita melihat
pada peta letak astronomis Kota Muncar ialah 8°26ˈ0ˈˈ selatan, 114°20ˈ0ˈˈ
timur.
Batas wilayah Dusun Muncar
sebelah Timur adalah Sealat Bali. Batas disebelah selatan adalah Dusun Tratas
(Desa Kedungrejo), disebelah barat adalah Dusun Krajan (Desa Kedungrejo), dan
disebelah utara adalah Dusun Muncar Kalimoro (Desa Tembokrejo). Batas antara
Dusun Muncar, Desa Kedungrejo dengan Dusun Muncar, Desa Tembokrejo berupa jalan
aspa yang lebarnya sekitar 6 meter.
Luas wilayah Dusun Muncar
hampir mencapai sekitar 1 km2, atau lebih tepatnya adalah sekitar
86,315 ha.
2. Keadaan Alam
Dusun Muncar termasuk pemukiman pantai. Medan wilayahnya
relatif randah dan dataran tingginya berkisar antara 1 – 3,7 meter diatas
permukaan laut (Kecamatan Muncar). Panjang pantai wilayah Dusun Muncar kurang
lebih 1 – 2 km. Pantai wilayah dusun ini menjadi pusatkegiatan pernelayanan
masyaakat Muncar pada umumnya.
Dusun Muncar memiliki pantai
dan laut yang potensial yang menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat.
Datarannya cenderung rata karena merupakan bagian dari daratan alluvial yang
terbentuk oleh kompleks pegunungan api Raung-Ijen. Selain laut yang menjadi
sangat penting bagi masyarakat, tetapi juga terdapat sungai-sungai yang
mengaliri kota Muncar. Dan juga di sebelah selatan Muncar terdapat dataran
banjir atau delta yang cukup luas yang terbentuk oleh proses sedimentasi sungai
yang langsung mengarah ke laut. Delta tersebut digunakan sebagai lahan
pertanian oleh masyarakat.
Suhu udara daerah Muncar
cukup tinggi, yaitu berkisar antara 30o – 31oC. sementara
itu curah hujannya berkisar antara 2mm – 323mm/bulan. Hujan rata – rata
pertahun adalah 1.807 mm. Curah hujan yang relatif tinggi terjadi antara bulan
November – April, sedangkan curah hujan terendah pada bulan September dan Mei.
Antara bulan Mei – Oktober kadang – kadang terjadi hujan “salah mangsa” ( hujan
yang bukan musimnya), sehingga ada bulan – bulan yang memiliki curah hujan
cukup tinggi pada musim kemarau. Pada bulan – bulan dengan curah hujan tinggi
otomatis memiliki haru hujan yang cukup banyak. Sebaliknya pada bulan – bulan
kering atau kemarau, jumlah hari hujan perbulan juga cenderung sedikit.
Desa ini memang terkenal
sebagai penghasil ikan, selain itu juga terkenal dengan banyaknya industri yang
ada di sana. Industrinya antara lain industry pengalengan ikan, industri pakan
ternak, industry tepung ikan, industri coldstorage, industry minyak ikan.
Industri-industri tersebut dibangun dalam satu kawasan yang tepatanya terletak
di desa Sampangan dan desa Kedungrejo. Dan jarak antara kawasan industri ini
dengan pelabuhan dan garis pantai sangat dekat sekitar antara 500 m. hal ini
dimaksudkan supaya dekat dengan sumber bahan baku industri, Karena hal tersebut
juga akan memudahkan pengambilannya sehingga bahan baku tidak mudah rusak.
Serta memperkecil biaya akomodasi atau transportasi dari pihak pabrik industri.
B. Pola Pemukiman dan Keadaan Fisik
Pola pemukiman masyarakat
terbentuk memanjang di sepanjang garis pesisir pantai Muncar. Selain itu juga
memanjang mengikuti alur sepanjang sungai dan jalan. Bangunan rumah yang berada
dipinggir jalan seluruhnya menghadap ke jalan, sedangkan yang agak jauh dari
jalan menghadap gang. Sepintas, tata letak bangunan rumah didusun ini tampak
teratur dan rapi. Akan tetapi, kesan itu akan pudar jika kita memasuki salah
satu gangdi Dusun Muncar ini. Karena letak bangunan yang tidak teratur atau
searah,serta bentuk dan ukuran bangunan rumah yang tidak sama. Kenampakan yang
cukup teraturhanya tampak dibagian pinggir jalan saja. Pemandangan yang
semrawut dijumpai didalam perkampungan
Kota ini memiliki penduduk
yang banyak dan daerah yang luas pula. Namun cenderung penduduk membangun
pemukiman semakin rapat karena semakin banyaknya jumlah warga terutama pada
desa yang dekat dengan pantai dan pabrik. Sehingga jarak rumah satu dengan yang
lain sangat pendek bahkan tidak ada jarak sama sekali. Dengan kerapatan jarak
antar rumah yang seperti itu menyebabkan bahaya yang bisa timbul tiba-tiba
misalnya kebakaran, banjir dan sebagainya.
Bangunan rumah penduduk
Dusun Muncar tampak cukup padat. Tampak sejumlah bangunan rumah yang dindingnya
saling menempel antara satu rumah dengan yang lain. Ada pula sejumlah bangunan
rumah yang jarak antar dinding rumahnya hanya seberapa centimeter.bagian depan
rumah dipinggir jalan biasanya diberi pagar, sedangkan yang agak jauh dari
jalan jarang yang memiliki pagar. Hal ini, antara lain agar lebih bebas atau
lega karena ruang akibat sempitnya pekarangan. Sebagian rumah penduduk dusun
ini tiak memiliki halaman. Kalaupun ada, halaman itu relatif sempit. Salah satu
akibatnya, tempat bermain dan membuang sampah terasa kurang memadai.
Laut dan pantai kota Muncar memiliki nilai yang sangat
penting bagi masyarakatnya, karena laut dan pantai menjadi sumber penyokong
mereka untuk memenuhi kebutuhan dan juga mempengaruhi kehidupan social
masyarakatn Jika laut atau pantainya rusak maka kehidupan masyarakat juga ikut
terganggu dengan tidak adanya sumber pemenuhan kebutuhan. Kemudian lain halnya
dengan masyarakat di kota Kalibaru-Genteng (Banyuwangi wilayah barat), menurut
mereka pantai dan laut kota Muncar lebih bernilai pada estetika dan entertaimen
atau hiburan saja. Hal tersebut dikarenakan wilayah lingkungan mereka tinggal
di daerah dataran yang lebih tinggi. Kecenderungannya mereka berprofesi petani
sayur-mayur dan menurut mereka tentunya tanah merupakan hal yang bernilai
penting. Jadi setiap orang dari daerah yang berbeda pasti beranggap atau
menilai sesuatu berbeda dengan orang yang lainnya meskipun objeknya sama.
C. Jumlah
Penduduk dan Pelapisan Sosial
Dibandingkan dengan luas wilayahnya (86,315 ha),
tingkat kepadatan penduduk Dusun Muncar ini tergolong cukup tinggiyaitu sekitar
114 jiwa/ha atau 11.400 jiwa/km2. Jauh lebih tinggi daripada
kepadatan penduduk di tingkat Desa Kedungrejo (3.245 jiwa/km2), atau
kepadatan penduduk ditingkat Kecamatan Muncar yanghanya sekitar 1.416 jiwa/km2.
Langsung atau tidak langsung. Ada pelapisan sosial
dalam kehidupan masyarakat Dusun Muncar. Pelapisan sosial ini antara lain,
didasarkan keada status agama, dan kekayaan seseorang. Karena status tergolong
tinggi, seseorang akan disegani oleh warga masyarakat lainnya. Demikian pula,
tingkat penggunaan agama dankekayaan dapat menjadikan orang yang bersangkutan
memiliki nilai tersendiri dalam masyarakat setempat. Orang yang paling disegani
oleh masyarakat setempat adalah kyai, kyai adalah orang yang ahli dan memiliki
pengetahuan luas tentang agama,khususnya agamaislam. Masyarakat mengganggap
bahwa kyai adalah panutan warga sekitar.
Setelah kyai, orang yang disegani oleh warga Dusun
Muncar adalah “kerawat” atau aparat (“pamong”), kerawat dihormati oleh
masyarakat karena kedudukannya. Seperti, gurudan orang kaya. Guru dianggap
orang yang sangat berjasa dalam pendidikan anak – anak mereka, guru juga
memberi taladan dan bimbingan, serta pembaruan dalam masyarakat. Orang kaya
disegani oleh masyarakat sekitar karena materi (kekayaan) yang dimiliki. Dalam
hal tertentu orang kaya adalah penolong bagi warga sekitar.
Warga masyarakat yang berada pada lapisan paling
rendahdaam struktur pelapisan sosial ini adalah rakyat biasa. Kelompok ini
terdiri dari para buruh nelayan, buruh pabrik, tukang becak, dan para pedagang
kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Budhisantoso, dkk. Kehidupan
Masyarakat Nelayan Di Muncar (Kabupaten Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur).
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991.
Sandy, Made. Republik Indonesia Geografi Regional. Jakarta: Indograph Bakti,
1996.
Wasono, dkk. Pertumbuhan
Pemukiman Masyarakat Di Lingkungan Parairan Daerah Jawa Timur. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1986
oke, bagus, terimakasih ya. masih bisa berkembang, terus menulis ya.
BalasHapusterimakasih...blogx sgt brmanfaat buat saya.
BalasHapus