Nama : VINDA TRESNA AYU
NIM :
1201045598
Kelas :
3N
Prodi :
PGSD
PERSEBARAN FLORA DAN FAUNA DI INDONESIA
Persebaran fauna di Indonesia
sama dengan pola persebaran tumbuhan, yaitu di bagian Barat, faunanya
mempunyai kemiripan dengan fauna Asia, di bagian Timur faunanya mirip dengan
fauna di Australia, dan diantara kedua daerah tadi, faunanya merupakan fauna
daerah peralihan. Hal tersebut dimungkinkan karena pada zaman es Indonesia
pernah menyatu dengan Asia dan Australia. Pada masa itu Indonesia jembatan
persebaran hewan dari Asia dan Australia. Sekarang kita bahas dahulu mengenai
jenis-jenis dan persebaran fauna di Indonesia.
|
|
Jenis-Jenis dan Persebaran Fauna
di Indonesia
|
A.
Sejarah Flora Fauna di Indonesia
Sejarah
terbentuknya daratan di Indonesia berawal pada zaman es. Pada awal zaman es
tersebut, suhu permukaan bumi turun sehingga permukaan air laut menjadi turun.
Pada masa itu, wilayah Indonesia bagian Barat yang disebut juga Dataran Sunda
masih menyatu dengan Benua Asia, sedangkan Indonesia bagian Timur yang disebut
juga Dataran Sahul menyatu dengan Benua Australia. Dataran Sunda dan Dataran Sahul
juga masih berupa daratan belum dipisahkan oleh laut dan selat. Keadaan
tersebut menyebabkan keanekaan flora dan fauna di Indonesia bagian Barat
seperti Jawa, Bali Kalimantan, dan Sumatera pada umumnya menunjukkan kemiripan
dengan flora di Benua Asia.
Begitu pula denga flora dan fauna di Indonesia bagian Timur seperti Irian Jaya dan pulau-pulau disekitarnya pada umumnya mempunyai kemiripan dengan flora dan fauna di benua Australia. Jadi Indonesia pada masa itu menjadi jembatan penghubung persebaran hewan dari Asia dan Australia. Kemudian, pada akhir zaman es, suhu permukaan bumi naik sehingga permukaan air laut naik kembali. Naiknya permukaan air laut mengakibatkan Jawa terpisah dengan Benua Asia, kemudian terpisah dari Kalimantan dan terakhir dari Sumatera. Selanjutnya Sumatera terpisah dari Kalimantan kemudian dari Semenanjung Malaka dan terakhir Kalimantan terpisah dari Semenanjung Malaka.
Begitu pula denga flora dan fauna di Indonesia bagian Timur seperti Irian Jaya dan pulau-pulau disekitarnya pada umumnya mempunyai kemiripan dengan flora dan fauna di benua Australia. Jadi Indonesia pada masa itu menjadi jembatan penghubung persebaran hewan dari Asia dan Australia. Kemudian, pada akhir zaman es, suhu permukaan bumi naik sehingga permukaan air laut naik kembali. Naiknya permukaan air laut mengakibatkan Jawa terpisah dengan Benua Asia, kemudian terpisah dari Kalimantan dan terakhir dari Sumatera. Selanjutnya Sumatera terpisah dari Kalimantan kemudian dari Semenanjung Malaka dan terakhir Kalimantan terpisah dari Semenanjung Malaka.
Seorang berkebangsaan Inggris bernama Wallace mengadakan
penelitian mengenai penyebaran hewan di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada perbedaan hewan di Indonesia bagian Barat dengan hewan di Indonesia
bagian Timur. Batasnya di mulai dari Selat Lombok sampai ke Selat Makasar. Oleh
sebab itu garis batasnya dinamakan garis Wallace. Batas ini bersamaan pula
dengan batas penyebaran binatang dan tumbuhan dari Asia ke Indonesia (lihat
gambar 1.1)
Gambar 1.1.
Peta daerah flora dan fauna di Indonesia menurut Wallace dan Weber.
Sumber: Buku , Drs. Priatna Sutisna, dkk.
Sumber: Buku , Drs. Priatna Sutisna, dkk.
Di samping itu seorang peneliti berkebangsaan Jerman bernama
Weber, berdasarkan penelitiannya tentang penyebaran fauna di Indonesia,
menetapkan batas penyebaran hewan dari Australia ke Indonesia bagian Timur.
Garis batas tersebut dinamakan garis Weber (lihat gambar 1.1).
Sedangkan daerah diantara dataran Sunda dan dataran Sahul
oleh para ahli biografi disebut daerah Wallace atau daerah Peralihan. Mengapa
disebut daerah Peralihan? Karena di daerah ini terdapat beberapa jenis hewan
Asia dan Australia, jadi merupakan daerah transisi antara dataran Sunda dan
dataran Sahul. Misalnya di daerah Sulawesi juga terdapat hewan yang ada juga di
Jawa, contohnya rusa dan monyet, sedangkan di Halmahera juga ada burung
Cendrawasih yang ada di Irian Jaya.
Curah hujan yang cukup tinggi di
daerah tropis mengakibatkan suburnya berbagai jenis tanaman. Oleh karena itu,
daerah tropis dikenal sebagai kawasan hutan belukar yang bukan saja menyimpan
berbagai potensi kekayaan alam, melainkan juga berperan sebagai paru-paru
dunia. Indonesia memiliki beraneka ragam jenis tumbuhan. Iklim memiliki
pengaruh yang sangat besar, terutama curah hujan dan suhu udara. Pengaruh suhu
udara terhadap habitat tumbuhan di Indonesia telah dikenal dengan klasifikasi
Junghuhn, seorang ahli botani asal Jerman yang membagi jenis tumbuhan
berdasarkan ketinggian tempat. Persebaran fauna di Indonesia berkaitan dengan
sejarah geologis Kepulauan Indonesia. Menurut Alfred Russel Wallace, terdapat
perbedaan sebaran binatang di Indonesia. Klasifikasi persebaran fauna di
Indonesia dikenal dengan sebutan kralsifikasi garis wallace.Keberadaan flora
dan fauna di suatu tempat tentunya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada
di tempat tersebut. Faktor-faktor yang dimaksud adalah sebagai berikut.
a.
Faktor
Klimatik
Iklim terdiri atas suhu udara,
tekanan udara, kelembapan udara, angin, dan intensitas sinar matahari.
Perbedaan temperatur pada suatu wilayah dipengaruhi oleh letak lintang
(latitude) selatan dan utara dan ketinggian suatu tempat. Perbedaan
tersebut menyebabkan variasi tumbuhan pula. Teori ini dibuktikan oleh
seorang ilmuwan biologi lingkungan, sekitar tahun 1889 yang bernama C.
Hert Meeriem. Ia meneliti model penyebaran tumbuhan berdasarkan pada
variasi ketinggian Gunung San Fransisco dari kaki gunung hingga ke puncak
gunung. Model tersebut ternyata sejalan dengan pola penyebaran
tumbuhan dari garis tropik ekuator hingga ke arah utara atau pun
selatan. Jadi, distribusi jenis flora dari daerah yang paling panas
ke daerah yang paling dingin ternyata menyerupai distribusi flora dari
pantai hingga ke puncak gunung. Artinya, urutan bioma (ekosistem dunia)
dari ekuator (khatulistiwa) ke kutub sama dengan urutan ekosistem dari pantai
sampai ke puncak gunung.
Meeriem berkesimpulan bahwa tipe
tumbuhan suatu daerah dipengaruhi oleh temperatur, kemudian dapat
dibuktikan bahwa faktor kelembapan ternyata lebih berperan dari
pada faktor temperatur. Curah hujan yang tinggi dibutuhkan
untuk mendukung pertumbuhan tanaman besar. Semakin kita bergerak ke
daerah dengan curah hujan yang rendah, tumbuhan akan didominasi oleh
tumbuhan kecil (belukar, rumput) dan akhirnyakaktus atau tanaman padang pasir
lainnya.
b.
Faktor
Edafik
Jenis tanah erat kaitannya dengan kesuburan tanah di
tempat yang bersangkutan. Jenis tanah di berbagai tempat
berbeda-beda, bergantung pada faktor bahan asal tanah, iklim, serta
vegetasi. Hal ini menyebabkan tingkat kesuburan di berbagai tempat
juga berbeda, sehingga terhadi penyebaran flora dan fauna di
seluruh dunia.
c.
Faktor
Fisiografik
Daratan yang ada di seluruh permukaan bumi
mempunyai ketinggian yang berbeda-beda. Daratan bisa berupa
daratan rendah, pantai, dataran tinggi, serta pegunungan. Makin
tinggi relief daratan suatu tempat, maka suhu udaranya makin
dingin. Pada daerah-daerah berelief tinggi yang bersuhu dingin, jenis flora dan
fauna yang ada sangat terbatas.
d. Faktor Biologis
Dalam biosfer selalu terjadi hubungan yang
saling memengaruhi antara sesama makhluk hidup yang
disebut interaksi. Terutama manusia dengan budayanya,
merupakan faktor biologis yang paling berpengaruh dalam biosfer.
Manusia dengan budayanya mampu memengaruhi lingkungan biosfer
di sekitarnya. Misalnya, manusia yang selalu berupaya
memperbaiki jenis serta penyebaran flora dan fauna. Namun, tidak semua
bentuk interaksi antarfaktor biologis dalam biosfer bersifat memperbaiki (konstruktif),
sebab ada pula yang bersifat merusak (destruktif) atau gabungan dari
keduanya.
Dari berbagai pengaruh faktor-faktor di
atas menjadikan wilayah Indonesia merupakan salah satu wilayah dari tiga
negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Dua
negara lainnya, yaitu Brazil dan Zaire. Akan tetapi dibandingkan
Brazil dan Zaire, Indonesia memiliki keunikan tersendiri.
Keunikannya, yaitu di samping memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi,
Indonesia mempunyai areal tipe Indo-Malaya
yang luas, jugatipe Oriental, Australia, dan peralihannya. Selain itu, di
Indonesia terdapat banyak hewan dan tumbuhan langka, serta hewan
dan tumbuhan endemik (penyebaran terbatas). Indonesia terletak di
daerah tropik sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi
dibandingkan dengan daerah subtropik (iklim sedang) dan kutub (iklim
kutub). Tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia ini terlihat dari
berbagai macam ekosistem yang ada di Indonesia, seperti ekosistem pantai, ekosistem
hutan bakau, ekosistem padang rumput, ekosistem hutan hujan tropis,
ekosistem air tawar, ekosistem air laut, dan ekosistem sabana.
Masing-masing ekosistem ini memilikikeanekaragaman hayati tersendiri.
Tumbuhan (flora) di Indonesia merupakan
bagian dari geografi tumbuhan Indo-Malaya. Flora Indo-Malaya
meliputi tumbuhan yang hidup di India, Vietnam, Thailand,
Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Flora yang tumbuh di Malaysia,
Indonesia, dan Filipina sering disebut sebagai kelompok flora
Malesiana. Hutan di daerah flora Malesiana memiliki kurang
lebih 248.000 spesies tumbuhan tinggi, didominasi oleh pohon
dari familia Dipterocarpaceae, yaitu pohon-pohon yang
menghasilkan biji bersayap. Dipterocarpaceae merupakan tumbuhan
tertinggi dan membentuk kanopi hutan. Tumbuhan yang termasuk
famili Dipterocarpaceae misalnya keruing ( Dipterocarpus sp),
meranti (Shorea sp), kayu garu (Gonystylus bancanus), dan kayu
kapur (Drybalanops aromatica).
Hutan di Indonesia merupakan bioma hutan
hujan tropis atau hutan basah, dicirikan dengan kanopi yang rapat
dan banyak tumbuhan liana (tumbuhan yang memanjat), seperti rotan.
Tumbuhan khas Indonesia seperti durian (Durio zibetinus),Mangga (Mangifera
indica), dan Sukun (Artocarpus sp) di Indonesia tersebar di Sumatra,
Kalimantan, Jawa dan Sulawesi. Sebagai negara yang memiliki
flora Malesiana, apakah di Malaysia dan Filipina juga memiliki jenis
tumbuhan seperti yang dimiliki oleh Indonesia.
Kalimantan, dan Jawa terdapat
tumbuhan endemik Rafflesia. Tumbuhan ini tumbuh di akar atau batang
tumbuhan pemanjat sejenis Indonesia bagian timur, tipe hutannya agak
berbeda. Mulai dari Sulawesi sampai Irian Jaya (Papua) terdapat hutan
non–Dipterocarpaceae. Hutan ini memiliki pohon-pohon sedang, di antaranya
beringin (Ficus sp), dan matoa (Pometia pinnata). Pohon matoa merupakan
tumbuhan endemik di Irian.
Hewan-hewan di Indonesia memiliki tipe
oriental (Kawasan Barat Indonesia) dan Australia (Kawasan Timur Indonesia)
serta peralihan. Hewan-hewan di bagian Barat Indonesia (oriental) yang
meliputi Sumatra, Jawa, dan Kalimantan, memiliki ciri-ciri sebagai
berikut.
- Banyak spesies mamalia yang berukuran besar, misalnya gajah, banteng, harimau, badak. Mamalia berkantung jumlahnya sedikit, bahkan hampir tidak ada.
- Terdapat berbagai macam kera, misalnya bekantan, tarsius, orang utan.
- Terdapat hewan endemik, seperti badak bercula satu, binturong (Aretictis binturang), monyet (Presbytis thomasi), tarsius (Tarsius bancanus), kukang (Nyeticebus coucang).
- Burung-burung memiliki warna bulu yang kurang menarik, tetapi dapat berkicau. Burung-burung yang endemik, misalnya jalak bali (Leucopsar nothschili), elang jawa, murai mengkilat (Myophoneus melurunus), elang putih (Mycrohyerax latifrons).
Jenis-jenis hewan di Indonesia bagian
timur, yaitu Irian, Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara, relatif sama dengan
Australia. Hewan-hewan di bagian Timur Indonesia memiliki ciri-ciri
sebagai berikut.
1) Mamalia berukuran kecil
2) Banyak hewan berkantung
3) Tidak terdapat species kera
4) Jenis-jenis burung memiliki
warna yang beragam
Irian
Jaya (Papua) memiliki hewan mamalia berkantung, misalnya
kanguru (Dendrolagus ursinus), kuskus (Spiloeus maculatus). Papua
juga memiliki kolek si burung terbanyak, dan yang palingterkenal adalah
burung Cenderawasih (Paradiseae sp). Di Nusa Tenggara, ter-utama di pulau
Komodo, terdapat reptilian terbesar yaitu komodo (Varanus komodoensis).
Sementara itu, daerah peralihan yang meliputi daerah disekitar garis Wallace yang terbentang dari Sulawesi sampai kepulauan Maluku, jenis hewannya antara lain tarsius (Tarsius bancanus), maleo (Macrocephalon maleo), anoa, dan babi rusa (Babyrousa babyrussa).
a) Hewan dan Tumbuhan Langka di Indonesia
Di Indonesia banyak
terdapat hewan dan tumbuhan langka. Hewan langka misalnya
babirusa (Babyrousa babyrussa), harimau sumatra
(Panthera tigris sumatrae), harimau jawa (Panthera tigris sondaicus),
macan kumbang (Panthera pardus), orangutan (Pongo pygmaeus abelii di
Sumatra dan Pongo pygmaeus pygmaeus di Kalimantan), badak sumatra (Decerorhinus
sumatrensis), tapir (Tapirus indicus), gajah asia (Ele phas maximus),
bekantan (Na salis larvatus), komodo (Vara nus komodoensis),
banteng(Bossondaicus), cen drawasih (Paradisaea minor), kanguru pohon
(Dendrolagus ursinus), maleo (Macrocephalon maleo), kakatua raja
(Probosciger aterrimus), rangkong (Bucerosrhinoceros), kasuari
(Casuarius casuarius), buaya muara (Crocodylus porosus), buaya
irian (Crocodylus novaeguinae), penyu tempayan (Caretta caretta),
penyu hijau (Chelonia mydas), ular sanca bodo (Phyton molurus), sanca
hijau (Chondrophyton viridis), bunglon sisir (Gonyochepalus dilophus).
Tumbuh-tumbuhan langka misalnya bedali (Radermachera gigantea), putat (Planchonia valida), kepuh (Sterula foetida), bungur(Lagerstroemia speciosa), nangka celeng (Artocarpus heterophyllus), kluwak (Pangium edule), bendo (Artocarpus elasticus), mundu (Garcinia dulcis), sawo kecik (Manilkara kauki), winong (Tetrameles nudiflora), bayur (Pterospermum javanicum), gandaria (Bouea macrophylla), matoa (Pometia pinnata), sukun berbiji (Artocarpus communis).
b) Hewan dan Tumbuhan Endemik di
Indonesia
Di Indonesia banyak terdapat hewan dan
tumbuhan endemik, yaitu hewan dan tumbuhan itu hanya ada di
Indonesia, tidak terdapat di negara lain. Hewan endemik misalnya
harimau jawa (Panthera tigris sondaicus), harimau bali (sudah punah),
jalak bali putih (Leucopsar rothschildi) di Bali, badak bercula satu
(Rhinoceros sondaicus) di Ujung Kulon, binturong (Artictis binturong),
monyet (Presbytis thomasi), tarsius (Tarsius bancanus) di Sulawesi Utara,
kukang (Nycticebus coucang), maleo (hanya di Sulawesi), komodo (Varanus
komodoensis) di Pulau Komodo dan sekitarnya. Tumbuhan
yang endemik terutama dari genus Rafflesia misalnya Rafflesia arnoldi
(endemik di Sumatra Barat, Bengkulu, dan Aceh), R. borneensis
(Kalimantan), R. cilliata (Kalimantan Timur), R. horsfilldii (Jawa),
R.patma (Nusa Kambangan dan Pangandaran), R. rochussenii (Jawa Barat), dan
R. contleyi (Sumatra bagian timur).
Daftar Pustaka
Caroline Arnold. 2001. Geografi:
aktivitas untuk menjelajahi, memetakan dan menikmati duniamu. Bandung:
pakar raya.
Hasan Budi Sulistiyo dan Bambang. 2007. IPS Geografi. Jakarta: Erlangga.
Ginting Fathurahman. 2007. IPS Geografi. Jakarta: Erlangga.
Suprihartoyo dkk, 2009, Ilmu
Pengetahuan Sosial 1. Jakarta : Pusat perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional
oke, trimakasih ya.
BalasHapus